PULANG
Ah, selamat pagi Jakarta. Cuaca hari ini terasa lebih lembab dari biasanya. Aku duduk sambil menikmati satu gelas mochaccino ditemani pemandangan langit dari tempat aku duduk. Satu tegukan hangat mengingatkan aku pada suatu senja yang kita lewati untuk berbincang singkat. Kala itu aku ingat kau masih dalam balutan seragam putih abu-abumu. Seketika saja, goresan itu mulai perih menyeruak dalam dadaku. Aku hanya tersenyum simpul, supaya orang disekelilingku tidak meganggap aku bodoh.
Entah berapa purnama yang aku lewati dalam keadaan seperti ini. Sudah berapa kali lidahku kelu berharap ada kata-kata yang terlontar dari bibirku tentang indahnya dirimu. Tulisan-tulisan dalam blog ku tak luput dari isi hatiku untuk mengenangmu. Laki-laki yang sebentar lagi berusia 19 tahun mungkin sedang makan serealnya sekarang, aku tahu itu.
Aku sangat percaya bahwa jarak kita hanya sejauh doa yang sama-sama kita panjatkan, bukankah Tuhan berhasil mengirim sajak rinduku padamu?
Sesekali aku mendengar kabarmu lewat sosial media, tampaknya kamu bahagia, ditemani green tea latte yang selalu jadi kesukaanmu. Jika saja menggapaimu semudah itu, aku tak oerlu merangkai sejumlah diksi indah untuk kukirimkan padamu lewat doa. Seiring gelas kopiku yang mulai mengering, aku mulai berdendang kecil lagu ciri khas mu untuk mengiringi pagiku yang sejuk ini.
Cepatlah kembali, mari kita bersantai lagi bersama burung-burung yang kau titipkan di halaman belakang rumahku. Sampaikan salamku untuk Kangguru disana, bilang padanya kalau aku ingin menyentuhnya. Dan kalau boleh, tolong sampaikan pada si Kangguru bahwa aku merindukan orang yang sedang memotretnya (kamu).
Entah berapa purnama yang aku lewati dalam keadaan seperti ini. Sudah berapa kali lidahku kelu berharap ada kata-kata yang terlontar dari bibirku tentang indahnya dirimu. Tulisan-tulisan dalam blog ku tak luput dari isi hatiku untuk mengenangmu. Laki-laki yang sebentar lagi berusia 19 tahun mungkin sedang makan serealnya sekarang, aku tahu itu.
Aku sangat percaya bahwa jarak kita hanya sejauh doa yang sama-sama kita panjatkan, bukankah Tuhan berhasil mengirim sajak rinduku padamu?
Sesekali aku mendengar kabarmu lewat sosial media, tampaknya kamu bahagia, ditemani green tea latte yang selalu jadi kesukaanmu. Jika saja menggapaimu semudah itu, aku tak oerlu merangkai sejumlah diksi indah untuk kukirimkan padamu lewat doa. Seiring gelas kopiku yang mulai mengering, aku mulai berdendang kecil lagu ciri khas mu untuk mengiringi pagiku yang sejuk ini.
Cepatlah kembali, mari kita bersantai lagi bersama burung-burung yang kau titipkan di halaman belakang rumahku. Sampaikan salamku untuk Kangguru disana, bilang padanya kalau aku ingin menyentuhnya. Dan kalau boleh, tolong sampaikan pada si Kangguru bahwa aku merindukan orang yang sedang memotretnya (kamu).
astaga.. keren.
BalasHapuswah terima kasih! :)
Hapus