MUSIM GUGUR
Cinta ini sudah menguji aku untuk waktu yang
sangat lama, seperti penantian yang tidak ada ujungnya. Segala kebimbangan, dan
kegalauan meliputiku. Kemana akan kucari separuh hidupku yang pernah singgah beberapa bulan silam? Beribu puisi telah kuciptakan bagimu, tapi rasanya
menjadi hampa ketika kamu tiba tiba saja pergi entah kemana. Puisi
yang tercipta dikala guyuran daun gugur meliputi tanda tanya besar dalam
hidupku. Masih ada cinta disini, cinta yang tak tau harus diungkapkan kepada
siapa. Ya, memendam cinta abu abu bagaikan hidup tanpa arah dan tujuan.
Hati kecilku enggan untuk menyerah, dia hanya
ingin memperjuangkan kamu, siapa gerangan lagi yang akan menulis puisi indah
bagimu seratus lembar jumlahnya kalau bukan aku? Sampai kapan aku akan menulis?
Menulis sebuah kisah yang sudah hancur rupanya? Cinta yang pernah mengalun
lembut diantara bait-bait nan indah kini telah sirna bak ditelan bumi. Hatiku
menerawang jauh keseberang sana, seakan akan menunjuk tepat kedalam hatimu. Aku
telah kehabisan kata, hatiku tak kuasa lagi menahan beban berat ini. Mataku
juga tak sanggup lagi untuk terbuka lebar, ternyata berpikir dan menerawang ke
masa lalu adalah suatu hal yang menyakitkan ya.
Sekali lagi aku merindumu, aku rindu kamu yang
selalu menghadirkan kisah kisah ditengah gelapnya hariku. Aku ingin seperti
hujan yang menaruh pelangi sebagai balasannya, sama seperti kamu. Aku
mengharapkan sebuah balasan atas ketidak jelasan hubungan yang telah berakhir
ini, karena mencintai kan tidak harus memiliki. Tapi aku sudah jatuh cinta
dengan kesunyian, aku bisa diam dengan tenang meskipun ketika namamu muncul hatiku
kembali terluka. Aku sudah terjatuh dalam lorong gelap, aku menutup duniaku
rapat rapat karena aku sudah terlalu lelah. Dari ujung tempat cahaya terpancar
aku merindukan tawamu. Jelas sekali mataku menangkap gambaran dirimu sedang
tertawa bahagia, iya bahagia dengan orang lain disana.
Apakah aku tak lagi bisa menunggumu, meskipun
ragaku kini telah hancur? Masihkah kamu biarkan aku jatuh hati padamu? Jika kau
suatu saat bertanya padaku, maka jawabannya masih sama seperti dulu. Jika
bertemu kamu nanti adalah sebuah keabadian maka kumohon kepada Tuhan untuk
mempertemukan aku denganmu walau harus sekedar bertemu. Jika nada nada mulai
terasa sendu, ketahuilah bahwa aku sedang menangis. Kenanglah aku, bacalah
sepucuk puisi yang pernah tertulis padamu jika kau rindukan aku. Mungkin ragaku
tak bisa memilikimu namun hati ini akan tetap padamu.
Karena aku menemukan lengkungan pelangi dalam
senyummu.
Komentar
Posting Komentar