BOLA YANG MEMBAWAMU PERGI JAUH

Kamis pagi hujan deras bekas semalm. Bau tanah menghiasi lapangan sekolah pagi ini. Kulihat kamu yang tidak beranjak dari banku kelas karena tidak mengganti seragam olahraga. Wajahmu lesu namun teringat nanti siang ada pertandingan yang akan kamu ikuti. Ekspresimu masih sama, tak pernah ada senyuman yang kau lemparkan. Padahal sudah dengan jelas aku berusaha menarik perhatianmu agar secerca senyum bisa kuterima hari ini. Apakah aku terlalu egois? Untuk mendapat rasa bahagia lewat sapaanmu? Aku hanya tau bahwa aku mencintaimu, bahkan sampai saat ini aku tak bisa mendapatkan jawaban logis untuk segera menampik keadaan bahwa kamu hanya sesaat.

Atas nama hari ini aku bersumpah aku salah, perkataan ku yang memicu perdebatan sengit diantara kita, peristiwa yang sulot untuk dicerna. Melihat kamu yang kalem tiba tiba beranjak dari bangkumu menyodorkan buku diatas meja guru lalu kembali terduduk sambil melamun. Aku yang sedari tadi memanfaatkan kesempatan kesempatan kecil untuk menatapmu kini kembali merenung atas apa yang telah terjadi diantara kita. Belum habis rasa sakitku terobati namun kamu harus pergi lagi, aku hanya bisa memandangi langkah kaki itu berjalan lalu menghilang dibalik pintu kelas demi mengejar sebuah bola yang akan mengantarkan berebut piala. Aku menunggumu kembali namun berbeda suasananya, aku tak mampu berkata banyak melainkan hanya loyo dimeja belajarku. Melihat jam berulang kali memastikan kau memenangkan pertandingan hari ini. Aku tau selama ini kamu pun tak pernah mencintaiku sedalam itu.

Gadis yang begitu manis bisa menarik perhatianmu, bisa memikatmu lebih dari aku. Berbeda dengan aku, aku hanya gadis arogan yang tidak bisa apa apa. Aku hanya bisa marah dan berlaku egois, maka dari itu kamu lebih memilih untuk pergi. Aku rindu genggaman itu, walaupun aku tau setiap inci dari jemarimu adalah ilegal. Dosa besar bila mengharapkan tangan itu akan melingkar dileher dan pundakku. Apa aku terlalu jauh menganggap pesan singkatmu sebagai tanda bahwa kau menyayangiku? Apakah gelang hitam yang melingkar ditangan kirimu adalah tanda bahwa aku masih memiliki kesempatan? au mohon biarkan nada ini melantun, karena aku tidka ingin kehilangan senyummu,


Aku benar benar ingin menjauh dari bayanganmu, tapi diriku masih benar benar menginginkanmu. Rasanya sulit menerima kenyataan bahwa kita sudah tak lagi bisa berdamai, sudah tak sering lagi bercakap-cakap seperti yang dulu. Dalam waktu waktu sibukku aku menyempatkan diri untuk berlama lama menatap ponselku, berharap segera akan ada pesan masuk darimu. Aku pun ingin sesegera mungkin melupakanmu, mengingat gadis manis itu yang mampu menarik senyummu. Namun kurasa ini terlalu sulit untuk melupakanmu dalam hitungan hari. Karena aku sadar aku masih larut dalam kesedihan ini.

Komentar

Postingan Populer